Indonesia Prioritaskan Pembangunan Air dan Sanitasi

Beritasatu.com


Kurang tersistemasinya sanitasi air ini juga mengakibatkan adanya kerugian negara hingga Rp 58 triliun per tahun.

Air dan sanitasi merupakan agenda prioritas pembangunan Indonesia untuk mencapai target MDGs berkait dengan sanitasi air dan akses terhadap air bersih.

Sebuah hasil studi berkaitan dengan perilaku sanitasi air yang dilakukan oleh WSP menunjukkan, sanitasi bukan prioritas utama kebutuhan hidup sehari-hari bagi masyarakat yang kekurangan, sehingga mereka kurang paham pentingnya sanitasi air sebagai salah satu prioritas utama untuk hidup bersih dan sehat.

Dalam diskusi Wash Talk: Ada Apa Dengan Air Minum dan Higienitas di Negara Ini? yang diadakan di @atamerica hari ini, Oswar Mungkasa, Kepala Biro Perencanaan dan Penganggaran, Kementerian Perumahan mengatakan, masyarakat dan pemerintah perlu bekerjasama dalam menyelenggarakan layanan air dan sanitasi, sebab air dan sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia.

“Air dan sanitasi merupakan kebutuhan mendasar, namun air dan sanitasi bukan urusan pribadi semata. Karena itu, pembangunan saluran air bersih dan sanitasi memerlukan perencanaan pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam merealisasikannya.” kata Oswar.

“Saya pernah berbicara dengan keluarga miskin yang membuang air besar sembarang, seperti di sungai dan mereka mengatakan, mereka tidak bersalah dengan hal tersebut. Padahal, perilaku mereka justru mengakibatkan pencemaran air hingga 80 persen,” kata Oswar.

Oswar mengatakan, hingga hari ini terdapat kurang lebih 70 juta warga negara Indonesia yang membuang air besar sembarangan. Namun ia yakin bahwa kebiasaan masyarakat tersebut dapat diubah.

“Penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya membuang air besar sembarang melalui edukasi,” tambahnya.

Alanda Kariza, penerima Ashola Young Changemaker Awards 2010: Inovasi Air Bersih dan Sanitasi mengatakan, masyarakat tidak perlu menunggu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, atau organisasi internasional untuk menangani masalah yang berdampak langsung pada mereka. Hal-hal seperti ini, bisa dikerjakan sendiri.

Sementara itu, salah satu target MDGs Indonesia pada tahun 2015 adalah menurunkan separuh proporsi penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar. Pemerintah menargetkan, 68.87 persen penduduk memiliki akses terhadap sumber air minum yang layak, serta 65.1 persen penduduk memiliki akses fasilitas sanitasi yang layak.

“Sampai saat ini, 55 persen rumah tangga belum memiliki akses terhadap air bersih. Hal tersebut berdampak pada pencemaran air tanah hingga 80 persen, pencemaran sungai hingga 75 persen, serta mengakibatkan terkontaminasinya air minum dengan bakteri E-coli,” kata Oswar.

Oswar menambahkan, kurang tersistemasinya sanitasi air ini juga mengakibatkan adanya kerugian negara hingga Rp 58 triliun per tahun.

Alferd Nakatsuma, Direktur Departemen Lingkungan Hidup di USAID mengatakan, masih banyak masyarakat dunia yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi.

“Di banyak negara berkembang, orang miskin membayar air lebih mahal dan mereka masih bergantung pada truk pembawa air untuk mendapatkan air bersih,” katanya.

Dalam rangka membantu Indonesia untuk mencapai target MDGs tersebut, USAID Indonesia melalui Indonesia Urban Water Sanitation and Hygiene (IUWASH), membantu mengkampanyekan isu ini bagi pencapaian target MDGs untuk akses air minum dan sanitasi di Indonesia, melalui perluasan akses terhadap akses air bersih dan sanitasi untuk masyarakat miskin kota di Indonesia, khususnya mereka yang tidak memiliki akses sangat terbatas terhadap kedua layanan tersebut.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s