The Royal World of Record memberikan penghargaan terhadap’Tanda Tangan Terpanjang Menentang Kekerasan di atas Kain Kafan’.
Kegiatan tersebut digelar saat peringatan sembilan tahun serangan teroris di Bali.
Dalam Aksi Damai Menentang Segala Bentuk Kekerasan di Muka Bumi, kain kafan sepanjang 1,4 kilometer yang dibubuhi dengan belasan ribu tanda tangan digelar di Bundaran Hotel Indonesia, hari ini.
Pimpinan aksi Damien Demantra mengatakan aksi penandatanganan di atas kain kafan menentang kekerasan dimaksudkan untuk menyampaikan pesan bahwa saat ini bukan waktunya lagi untuk hidup dalam kekerasan melainkan menjadikan perdamaian sebagai bagian dari solusi masalah.
“Melalui kafan sebagai simbol, kami ingin menyampaikan pesan bahwa cukup sudah kematian yang ditimbulkan karena adanya kekerasan,” kata Damien.
Ia mengatakan bahwa aksi tanda tangan di atas kain kafan ini dilakukan sejak tanggal 28 September 2011 yang melibatkan belasan ribu orang dari berbagai elemen.
“Kain kafan ini ditandatangani oleh belasan ribu orang dari berbagai elemen seperti Asosiasi
Korban Bom Terorisme di Indonesia (Askobi), eks (peserta gerakan Mujahidin di) Afghanistan,
mantan teroris, berbagai masyarakat dari multi agama,” kata Damien.
“Selain itu, ada juga tokoh masyarakat seperti wakil ketua PBNU dan (mantan kepala Badan
Intelijen Negara) Hendropriyono.”
Wahyu Adriartono, ketua Askobi yang juga merupakan korban Bom JW Marriot 2003 dan korban Bom Kedutaan Besar Australia 2004, mengatakan bahwa mereka ingin memerangi ajaran yang sesat melalui aksi tanda tangan ini.
“Selain memerangi ajaran radikal melalui aksi tanda tangan ini, kami akan melakukan road show di sekolah tingkat SMP dan SMA serta lumbung-lumbung yang berpotensi melahirkan
terorisme untuk menolak berbagai jenis kekerasan,” Kata Wahyu.
Aksi di Bundaran HI ini juga dihadiri oleh mantan anggota Jemaah Islamiyah, Nasir Abbas dan
Ron Mullers dari Royal World of Record.
Nasir mengatakan bahwa masyarakat harus terus memerangi aksi terorisme agar Indonesia
menjadi negara aman dan damai tanpa adanya serangan aksi terorisme lagi.
“Perlu kita ketahui bahwa kita jangan sampai berhenti untuk melakukan aksi penolakan kekerasan karena para teroris terus menyebarkan paham mereka kepada masyarakat sehingga
Indonesia dapat bersih dari aksi terorisme,” kata Nasir.
Nasir menambahkan dengan banyaknya tanda tangan yang terkumpul dalam kain kafan tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak setuju dengan aksi pengeboman sehingga masyarakat perlu bahu membahu menjaga perdamaian di tengah masyarakat.